Rabu, 21 Desember 2011

Kultum Gus Dim Ramadhan 1432 H

Kamis, 01 Desember 2011

PDM PLKJ UAS Ganjil TP 2011 2012

UTS 7 PLKJ 2011 Ganjil

Selasa, 29 November 2011

Diterbitkan Di My Blog UH 1 Sd 7 PAI 8 Smstr 1 2011

Minggu, 27 November 2011

Ayo segera bertaubat sebelum terlambat


 
 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّار، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّار، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَار، تَبْصِرَةً لِذَوِي الْقُلُوْبِ وَاْلأَبْصَار، وَتَذْكِرَةً  ِلأُولِي اْلأَلْباِبِ وَاْلاِعْتِباَرْ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَحَبِيْبَناَ وَعَظِيْمَناَ وَقَائِدَناَ مُحَمَّدًا، مَنْ بَعَثَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْعٰلَمِيْن، هَادِياً وَمُبَشِّرًا وَنَذِيْرًا، بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى اْلأَمَانَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةْ، فَجَزَى اللهُ عَنّاَ خَيْرَ مَا جَزَى نَبِياًّ مِنْ أَنْبِيَائِهْ. صَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى كُلِّ رَسُوْلٍ أَرْسَلَهْ، وَصَحْبِ كُلٍّ وَءَالِ كُلٍّ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْد مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْن رَحِمَكُمُ الله، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ الْعَظِيمْ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن. قَالَ اللهُ تَعاَلَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمْ ﴿يٰا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ﴾ ال عمران :102
Ma’asyirol Muslimin, Rohimakumulloh.
Marilah pada kesempatan yang mulia ini, kita tingkatkan Iman dan Takwa kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, Takwa dengan sebenar-benar Takwa. Takwa dengan menjalankan seluruh perintah Allah, dan menjauhi seluruh larangan Allah. Takwa adalah menjadikan seseorang mulia menurut Allah subhanahu wa ta’ala. Allah sebutkan di dalam A-Quran :
﴿إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْالحجرات : 13
Sesungguhnya orang yang paling mulia menurut Allah adalah orang yang paling bertaqwa kepada Allah”.
Takwa bersumber dari dalam hati, karenanya Rasululloh mengibaratkan hati bagaikan raja, apabila hati ini baik maka seluruh anggota tubuh kita akan baik, apabila hati ini jelek dan kotor maka seluruh anggota tubuh kita pun juga akan jelek dan kotor, karenanya kita senantiasa memohon kepada Allah agar kita dan hati kita diperteguhkan dalam Iman dan Islam. Kita sering memohon kepada Allah, setiap kita sholat :
اَللّهُمَّ يٰامُقَلِّبَ الْقُلُوْب، ثَبِّتْ قُلُوْبَناَ عَلَى دِيْنِكْ
Ya Allah Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami dalam agama-Mu”.
 Ma’asyirol Muslimin, Rohimakumulloh.
Rasululloh shollallahu alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ خَافَ أَدْلَجَ، وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ غَالِيَةْ، أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ الْجَنَّةْ
Maknanya: “Barang siapa yang takut, pasti dia akan segera menuju tempat tujuannya”.
Didalam kehidupan kita sehari-hari, ketika kita takut terlambat menuju tempat tujuan, pasti kita keluar rumah pagi-pagi hari, ketika kita takut tidak bertemu dengan orang yang kita ada janji dengannya, pasti kita pun juga keluar lebih dulu, agar kita bisa bertemu dengan orang yang kita punya janji dengannya.
مَنْ خَافَ أَدْلَجَ
Barang siapa yang takut maka dia akan keluar lebih pagi
وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ
Barang siapa yang keluar lebih dulu pasti dia akan sampai ke tempat tujuanya
أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ غَالِيَةْ
Sesungguhnya sesuatu yang ditawarkan oleh Allah adalah sesuatu yang mahal
أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ الْجَنَّةْ
Sesungguhnya sesuatu yang ditawarkan oleh Allah adalah sorga
Rasululloh shollallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita didalam hadits tersebut :
·  Apabila kita takut akan siksaan Allah, maka hendaklah kita menyegerakan taubat kepada-Nya.
·   Apabila kita takut akan siksaan didalam kubur maka hendaklah kita segera taubat dan beribadah kepada-Nya.
·     Dan apabila kita takut dari siksaan Allah di neraka maka segeralah kita beribadah mencari bekal sebanyak-banyak  mungkin  didalam dunia ini.
Rasululloh shollallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk menyege-rakan diri kita, menuju apa yang terbaik bagi kehidupan akhirat kita.
Allah tawarkan kepada kita sesuatu yang sungguh mahal, Allah tawarkan kepada kita sorga, yang jauh lebih mahal, lebih dari semua yang ada di dunia ini. Allah sebutkan didalam Al-Qur’an :
﴿وَسَارِعُوا إِلىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْن النساء :133
Dan bergegaslah untuk mendapatkan ampunan dari Tuhan kalian, dan bergegas-lah untuk mendapatkan sorga, yang lebih luas dari pada langit dan bumi
﴿أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْن
Semuanya itu Allah siapkan, Allah peruntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa”.
 Ma’asyirol Muslimin, Rohimakumulloh.
Rasululloh shollallahu alaihi wa sallam mengingatkan kita dalam sebuah haditsnya :
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ شَباَبَكَ قَبْلَ هَرَمِكْ، وَغِناَكَ قَبْلَ فَقْرِكْ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكْ،
 وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكْ، وَحَياَتَكَ قَبْلَ مَوْتِكْ
Maknanya: “Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara :
1. Manfaatkan masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa muda merupakan kesempatan yang luar biasa, ketika muda kita bisa melakukan banyak hal yang kemungkinan tidak bisa kita lakukan ketika kita dalam keadaan tua.
Ketika kita tua, mulai terasa ada sesuatu yang berkurang dalam tubuh kita, mata kita mulai rabun, pendengaran kita mulai samar, anggota tubuh kita mulai lemah dan semuanya pasti ada yang kurang di dalam tubuh kita. Karenanya Rasululloh menganjurkan kita untuk memanfaatkan masa muda kita sebelum datang masa tua kita.
2. Yang kedua, masa ketika kita mendapatkan kenikmatan, masa dimana kita kaya, berkecukupan, sebelum datang masa miskin dan kekurangan. Sebagai perumpamaan, misalkan Allah kasih kenikmatan.. kita punya mobil, rumah yang mewah, harta yang cukup... Ditempat yang lain, orang-orang fakir, orang-orang miskin mengatakan didalam hati mereka, seandainya saya seperti dia, mereka berandai-andai didalam benak dan fikiran mereka... Cobalah kalau seandainya kita bayangkan apa yang mereka andaikan... Insya Allah pasti kita akan senantiasa bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Kekayaan adalah kenikmatan dari Allah, karenanya pergunakan kenikmatan itu dengan sebaik-baiknya.
Apa yang bisa kita lakukan ketika masih kaya, pasti lebih banyak dari pada ketika kita dalam kondisi kekurangan, sungguh  kekayaan tidak akan pernah langgeng.
Apa yang kita lepaskan dijalan Allah, adalah harta kita yang sebenarnya yang akan kita petik pada kehidupan yang abadi nanti.
Apa yang kita simpan-simpan, apa yang kita sayang-sayang, kita anggap investasi semuanya itu, didunia saja manfaatnya belum tentu kembali kepada kita, atau bahkan ke keluarga kita.

Ma’asyirol Muslimin, Rohimakumulloh.
3.  Yang ketiga, Rasululloh shollallahu alaihi wa sallam mengingatkan masa sehat kita, sebelum datang sakit kita. Sungguh orang yang sakit, pasti senantiasa berandai-andai, kalau seandainya saya sehat, kalau seandainya saya bisa berjalan.
Seorang Imam besar Muallif kitab Taqrib, kitab yang dibaca di pesantren-pesantren yaitu Syeh Abu Syuja’ umurnya ketika itu sampai pada 140 tahun, ketika ditanya oleh orang-orang disekitarnya : ”Wahai Imam, wahai syekh, bagaimana anda... dalam usia yang panjang ini, masih tampil sehat, masih bisa menggerakkan semua anggota tubuh anda dengan baik, tanpa bantuan alat sedikitpun?”, beliau mengatakan :
حَفِظْناَهاَ مِنَ الْمَعَاصِيْ فِي الصِّغَرْ فَحَفِظَهَا اللهُ لِيْ فِي الْكِبَرْ
Saya menjaga tubuh saya, dari perbuatan maksiyat ketika saya masih muda, ketika saya masih sehat,
Karenanya Allah jaga tubuh saya ketika saya sudah tua”.
4.   Yang keempat, Rasululloh shollallahu alaihi wa sallam mengingatkan kita, waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, waktu luang hendaklah kita pergunakan untuk ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Kita berandai-andai, seandainya besok saya bisa ibadah kepada Allah, kemudian setelah datang hari esok, kita pun lupa, lalai tidak bisa melakukannya, hilanglah kesempatan kita untuk ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Kita juga berandai-andai, seandainya ketika datang waktu libur, saya akan ibadah kepada Allah, ternyata kemudian ketika datang waktu libur kita manfaatkan waktu libur itu untuk refreshing, untuk bisa berlibur dengan menikmati kenikmatan duniawi.
Waktu tidak pernah beristirahat, terus berjalan, ketika kita tidak bisa memanfaatkan, maka kita yang akan dilindas dan ditindas oleh waktu tersebut.
5.   Yang terakhir, Rasululloh shollallahu alaihi wa sallam mengingatkan kita, waktu hidup kita sebelum datang masa kematian. Hidup adalah kenikmatan yang tiada taranya, lebih dari pada kenikmatan harta, lebih dari pada kenikmatan sehat.
Coba kalau kita tanya orang-orang yang sakit-sakitan, pasti dia ingin berharap hidup lebih lama lagi.
Diantara kita tidak ada yang siap untuk mati hari ini, diantara kita tidak ada yang siap untuk mati hari esok, diantara kita tidak ada yang siap untuk mati seminggu lagi, sebulan lagi, bahkan setahun lagi, karena banyaknya maksiyat yang kita lakukan.
Karenanya mari  kita introskpeksi pada diri kita masing-masing, peluang hidup, waktu hidup, kesempatan hidup ini kita pergunakan sebaik-baiknya, sebelum kita nanti akan diingatkan oleh ajal kita, sebelum kita akan ditegur oleh kematian dan kematian tidak akan pernah memberitahukan kita sebelumnya, kematian dan ajal akan datang tiba-tiba, dan akan menghinggapi setiap dari kita.
Ulama’ ahli syair mengatakan:
دَقَّاتُ قَلْبِ الْمَرْءِ قَائِلَـةٌ لَهُ   إِنَّ الْحَيَاةَ دَقاَئِقُ وَثَـوَانِيْ
Detak jantung mengingatkan seseorang, bahwa hitungan kehidupan ini bukanlah hitungan hari, minggu atau bulan bahkan tahun, tetapi hitungan kehidupan adalah hitungan menit dan detik.
Saudaraku Ketika jantung kita tidak berdetak dalam beberapa detik/menit saja, kita pasti sudah divonis mati oleh dokter atau stidaknya kritis/koma.
Karenanya manfaatkan waktu dimana kita oleh Allah diberikan kehidupan untuk ibadah kepada-Nya, untuk bertakwa kepada-Nya, untuk mencari bekal dengan sebaik-baik bekal, yang tidak ada lain dan tidak bukan adalah Takwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Mudah-mudahan kita diberikan Husnul Khotimah oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Semoga apa yang disampaikan terkandung pelajaran dan hikmah bagi kita semuanya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمْ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاَكُمْ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمْ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيمْ

Sabtu, 26 November 2011

Khutbah Idul Adha 1432 H “Istiqomah Menjaga Kesholehan”

MASJID AL-HIDAYAH
JL. PONDOK BAMBU ASRI RAYA PONDOK BAMBU DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR 13430
10  DZUL HIJJAH  1432 H / 06 NOPEMBER 2011 M

اَللهُ أَكْبَرْ ، اَللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ ...
Ma’asyirol Muslimin, jama’ah sholat Iedul Adha
Masjid Jami’ Al-Hidayah –semoga Allah senantiasa memberkahi dan merahmati kita semua– Aamiin..
Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah –subhanahu wa ta’ala– karena atas izin dan kasih sayang-Nya, kita bisa kembali hadir di tempat ini. Rasanya baru kemarin kita berkumpul merayakan Idul Fitri sebagai hari kemenangan melawan nafsu. Hari ini kita berkumpul kembali berjam’ah melaksanakan shalat Idul Adha sebagai simbol persatuan kaum Muslimin. Hari Raya Idul Adha, adalah hari yang penuh berkah, hari ini adalah hari yang diagungkan Allah, hari ini Allah jadikan sebagai Yaumul Hajjil Akbar, dikatakan Al-Hajj Al-Akbar bukanlah karena disebabkan hari ‘Arafah jatuh bertepatan dengan hari Jum’at saja, tidak !, Al-Hajj Al-Akbar adalah hari raya Idul Adha itu sendiri. Hari raya Idul Adha dinamakan Al-Hajj Al-Akbar dikarenakan sebagian besar manasik Haji dilaksanakan pada hari tersebut, pada hari itu jamaah Haji melaksanakan Thawaf, melempar jumrah dan mencukur rambut.
Sehari sebelumnya, yaitu 9 Dzulhijjah berjuta-juta manusia dari berbagai penjuru dunia, dari pelosok negara dan benua, di bawah terik matahari yang menyengat, mereka berdesak-desakan dan berhimpit-himpitan berkumpul di Padang ‘Arafah dalam rangka memenuhi tuntutan amalan rukun haji.
اَللهُ أَكْبَرْ ، اَللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ ...
Hal ini dapat menggambarkan dan mengingatkan kepada kita semua, bahwa nanti setelah mayat-mayat dibangkitkan kembali dari kuburnya, seluruh manusia dan Jin semuanya akan digiring dan dikumpulkan di Padang Mahsyar. Nanti sebagian orang yaitu para Nabi dan orang-orang yang bertaqwa, Allah kumpulkan mereka dalam keadaan berpakaian rapi, berkendaraan onta yang berpelanakan emas. Sebagian orang, para pelaku dosa besar di sana dalam keadaan telanjang bulat tidak beralas kaki. Orang-orang Kafir akan dikumpulkan oleh Allah, dalam keadaan telanjang bulat tidak beralas kaki dan dengan kepala di bawah, kepala digunakan untuk berjalan. Sebagian lagi, orang-orang yang sombong, orang-orang yang congkak di dunia, di Padang Mahsyar nanti bentuknya kecil-kecil, bahkan sekecil semut, meskipun kecil bentuknya tetapi tetap berbentuk manusia, mereka diinjak-injak tapi tidak mati-mati, sebagai balasan kesombongan mereka di dunia, sebagian orang sombong karena harta, sebagian orang sombong karena kedudukan, sebagian orang sombong karena keturunan dan lain sebagainya.
Di Padang Mahsyar sebagaimana Rosululloh sabdakan, matahari menjadi sangat dekat dengan kepala manusia, orang-orang nanti di sana sebagian keringatnya sampai ke lututnya, sebagian sampai ke dadanya, sebagian yang lain tenggelam oleh keringatnya, tanpa mengenai orang yang di sebelahnya. Namun ada beberapa orang  yang selamat dari siksaan-siksaan itu. Di antara mereka yang akan selamat dari terik panas matahari, sebagaimana sabda Rosulululloh –shallallahu 'alayhi wasallam– :
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ، وَذَكَرَ مِنْهُمْ :
وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ (متّفق عليه)
Maknanya : “Ada tujuh golongan yang akan dilindungi oleh bayangan ‘arsy, di mana ketika itu tidak ada naungan kecuali naungan ‘Arsy. Kemudian Rasulullah menyebutkan, salah satunya adalah remaja, pemuda yang tumbuh dan berkembang dalam ibadah dan taat kepada Allah”. (H.R. al Bukhari dan Muslim)
اَللهُ أَكْبَرْ ، اَللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ ...
Idul Adha mengingatkan kita pada sejarah Nabiyulloh Ibrahim dan Nabi Ismail –‘Alaihimas salam–, sudah sering kita mendengar uraian tentang ketabahan, keikhlasan dan pengorbanan mereka, bahkan kisah kesholehan seorang ayah dan anak ini diabadikan Allah dalam Al-Qur’anul Karim.
Sekarang adalah tugas dan kewajiban kita untuk menjaga amanah Ilahi yaitu istri, anak dan cucu-cucu kita agar spirit dan ruh keshalehan, ketaatan maksimal hanya kepada Allah dan Rosul-Nya, sebab merekalah generasi penerus perjuangan kita di negara tercinta Indonesia ini.
Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib –Rodhiyallahu ‘Anhu– memberikan taushiyah kepada kita agar kita berjalan menuju pribadi yang sholeh dan sholihah.
عَنْ عَلِيّ رَضِيَ اللهُ تَعاَلىٰ لَوْلاَ خَمْسُ خِصَالٍ  لَصَارَ النَّاسُ كُلُّهُمْ صَالِحِيْن أَوَّلُهَا الْقَناَعَةُ بِالْجَهْلِ وَالْحِرْصُ عَلىَ الدُّنْياَ وَالشُّحُّ بِالْفَضْلِ وَالرِّياَءُ فِي الْعَمَلِ وَاْلاِعْجَابُ بِالرَأْيِ
“Dari Ali bin Abi Tholib –Rodhiyallahu ‘Anhu– berkata : Seandainya manusia mau menghindari lima perkara tentunya mereka semua akan menjadi manusia yang sholeh :
1- Ridho dengan kebodohan, dengan kata lain tidak mau belajar terutama ilmu-ilmu agama, dengan kata lain tidak mau dekat dengan ulama, jauh dengan majlis ta’lim, karena sesungguhnya syetan itu lebih hawater, lebih takut kepada satu orang Alim saja yang sedang tidur dari pada seribu ‘Abid (orang yang melaksanakan ibadah) namun tidak tahu ilmunya.
     Rosululloh bersabda :
ثَلاَثَةٌ إِنْ عَاشُوْا عَاشُوْا سُعَدَاء، وَإِنْ مَاتُوْا مَاتُوْا شُهَدَاء
Maknanya :  Ada tiga orang yang jika hidup, hidupnya dalam keadaan  senang, bahagia, sejahtera dan jika mereka mati, matinya dalam keadaan syahid. اَلْمُحِبُّ لِـْلأَوْلِيآء yaitu orang yang cinta terhadap wali-wali Allah. اَلْمُحِبُّ لِلْعُلَمآء orang yang cinta terhadap Ulama’.  اَلْمُحِبُّ لِلصَّلاَةِ عَلىَ النَّبِيِّ  orang yang suka bershalawat kepada Nabi shollallohu alaihi wa sallam.
Sungguh tidak akan pernah bisa menjadi pribadi yang sholih dan sholihah kecuali yang mau belajar ilmu agama, ini merupakan pintu pertama terbukanya jalan menu pribadi yang sholih /sholihah lahir batin.
2- Sifat dan sikap ‘hubbud dunya’ yaitu berlebihan dalam mencintai harta dunia, matre, rakus dan tamak. Mencari harta dunia, mencintai dunia tidaklah dilarang dalam agama, asalkan tidak melebihi cinta kita kepada Allah dan rosul-Nya. Cobalah kita tengok sekarang ini di rumah-rumah tahanan, di penjara tidak sedikit orang-orang kaya dari hasil yang tidak halal. Sesungguhnya rasa takut kelaparan dan jatuh dalam kemiskinan itu selalu dihembuskan oleh syaitan, agar kita jadi orang yang kikir, agar kita memanfaatkan keadaan, mumpung masih berkuasa.. kapan lagi, kamu akan bisa kaya.. begitulah bisikan syetan. Allah berfirman : ﴾البقرة :268 ) Maknanya : “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu ber-buat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan dan karunia. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengatahui.
Sungguh kekayaan harta duniawi tidak akan pernah langgeng, sebagaimana juga umur manusia,  pasti ada akhirnya. Apa yang kita lepaskan di jalan Allah, adalah harta kita yang sebenarnya yang akan kita petik pada kehidupan yang abadi nanti. Apa yang kita simpan-simpan, apa yang kita sayang-sayang, kita anggap investasi masa depan, ingatlah semuanya itu, di dunia saja manfaatnya belum tentu akan kembali kepada kita, atau bahkan ke keluarga kita.
Dikisahkan bahwa ada seorang syekh/ulama ketika dihidangkan kepadanya minuman berupa kopi, teh atau semacamnya, setelah beliau meminumnya selalu beliau sisakan teh atau kopi tersebut. Murid-muridnya mengira bahwa syekh ini memberikan sisa minuman itu kepada muridnya, mungkin agar muridnya mendapat keberkahan. Ternyata setelah ditanya kenapa anda selalu menyisakan minuman anda, kemudian syekh itu menjawab:
عَمَلاً بِحَدِيْثِ رَسُوْلِ الله : اِتَّقُو النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةْ
Aku memberikan sisa minuman itu tiada lain karena mengamalkan perintah Rasulillah jauhkan diri anda, bentengi diri anda dari neraka walaupun dengan sedekah hanya separuh kurma”.
3- Tidak peduli kepada sesama (pelit, penimbun harta) hadits Nabi :
مَا آمَنَ بِيْ مَنْ بَاتَ شَبْعَانَ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ يَعْلَمُ بِهِ
(رواه البزار في سننه عن أنس) 
Maknanya: "Tidaklah beriman kepadaku (dengan sempurna) orang yang tidur dalam keadaan kenyang padahal tetangganya di sebelahnya kelaparan dan ia mengetahui hal itu".
(H.R. Al-Bazzar)
Pernah ada kisah pada masa pemerintahan Umar ibn Khottob ketika ada seorang yang melaporkan tetangganya karena dia telah mencuri makanan miliknya, kemudian Kholifah Umar ibn Khottob memanggil si pencuri dan hendak memberinya hukuman peringatan, si pencuri berkata :”Wahai Amir Mukminin, Demi Allah saya tidaklah mencuri untuk memuaskan nafsu saya, hanya karena saya benar-benar lapar, dan itu tetangga saya yang kaya raya tidak memberikan lapangan pekerjaan pada saya”. Seketika Kholifah Umar ibn Khottob berpaling kepada orang yang mengadu tadi berkata :”Benarkah begitu?”, orang yang mengadu tadi mengiyakan, lalu Kholifah Umar ibn Khottob berkata :”Maafkanlah, berikan dia pekerjaan”.
Sungguh sikap dan sifat ‘peduli kepada sesama’ akan menghantarkan kita menuju kepada pribadi yang sholih, sholihah lahir dan batin.
4- Tidak Ikhlas karena Allah (riya’)
﴿وَمآ أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنِ لَهُ الدِّينْ﴾ البينة :5
Maknanya : “Dan mereka hanya di-perintah untuk menyembah Allah dengan ikhlas”. (Al-Baiyinah 5)
Maka ketika seseorang mempunyai niat ganda. Niat memperoleh pahala, melaksanakan perintah Allah –subhanahu wa ta’ala– serta niat agar dipuji orang maka ia tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun dari ibadah yang dia laksanakan. Diriwayatkan suatu ketika Rasulullah -shallallahu ‘alayhi wasallam- ditanya oleh salah seorang sahabat :
يَا رَسُوْلَ اللهِ رَجُلٌ يَغْزُوْ يَبْتَغِيْ بِذٰلِكَ الأَجْرَ وَالذِّكْرَ، مَالَهُ ؟
Maknanya :“Wahai Rasulullah, jika seseorang berjihad, berperang di jalan Allah dia berharap mendapat pahala dari Allah sekaligus berharap nantinya namanya diingat-ingat, disebut-sebut sebagai syahid, sebagai pahlawan Islam, oleh orang, apa yang akan dia peroleh ?”, Rasulullah menjawab : لاَ شَيْءَ لَهُ “Dia tidak akan memperoleh pahala apapun”, sahabat tersebut mengulangi pertanyaan-nya sampai tiga kali, Rasulullah pun menjawab dengan jawaban yang sama sampai tiga kali pula dan melanjutkan sabda beliau :
لاَ شَيْءَ لَهُ، إِنَّ  اللهَ  لاَ يَقْبَلُ مِنَ العَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ خَالِصًا لَهُ وَمَا ابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
“Dia tidak akan memperoleh pahala apapun, sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal ibadah siapapun, kecuali amal ibadah yang murni karena-Nya dan hanya untuk mencari ridla-Nya”.  
5- Yang terakhir pesan Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib –Rodhiyallahu ‘Anhu–, agar kita menjauhi sifat dan sikap egois, merasa hanya pendapatnya saja yang benar, selain pendapat saya adalah salah dan sesat. Sifat dan sikap seperti ini justru menjauhkan seseorang dari pribadi yang sholih dan sholihah. Suatu ketika Rosululloh -shallallahu ‘alayhi wasallam- dalam sebuah peperangan melawan orang kafir mengatur strategi, pasukan panah berada di sini, pasukan berkuda di sebelah sana dan pasukan pedang disebelah sini. Tiba-tiba seorang sahabat mengatakan :”Wahai Rosululloh apakah strategi ini wahyu Allah atau pendapat anda?”, Rosul menjawab :”Ini pendapatku, terus kenapa?” sahabat itu menjawab :”Menurut saya begini, begini”, Rosululloh mendengarkan dengan seksama, manusia paling utama, paling mulia di dunia dan akhirat itu sedikitpun tidak merasa tersinggung, tidak merasa terhina, tidak merasa rendah diri, tidak merasa harga dirinya jatuh karena pendapat dan idenya ada yang menyangkal. Ternyata sahabat itu adalah Umar ibn Khottob bahkan Rosululloh memuji kecerdasan Umar, beliau bersabda :
لَوْ كَانَ نَبِـيًّا مِنْ بَعْدِيْ لَكَانَ عُمَرْ، غَيْرَ أَ نَّنِيْ خَاتَمُ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْن
“Seandainya ada nabi setelahku, itu adalah umar, hanya saja akulah penutup para nabi dan rosul”.  
اَللهُ أَكْبَرْ ، اَللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ ...
Ma’asyirol Muslimin, rohima kumulloh..
Mari kita mulai dari setiap diri kita masing-masing, menjaga amanah Allah anak dan istri kita, mendidik mereka agar menjadi anak-anak yang sholeh, istri yang sholehah, sebagaimana Nabi Ibrahim mendidik Istrinya Sarah dan Hajar menjadi istri-istri yang sholihah dan Ismail anak yang sholeh. Berawal satu keluarga yang sholeh insya Allah akan terbentuk masyarakat yang sholeh dan dari masyarakat yang sholeh diharapkan terwujudnya negara yang Baldatun Thoiyibatun wa Robbun Ghofur sehinga keberkahan hidup di negeri ini akan didatangkan Allah –Subhaanahu Wata’ala–, Allah berfirman :
﴾الأعراف 96) Maknanya : “Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu mereka beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tatapi bilamana mereka mendustakan ayat-ayat kami, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri”.
Demikianlah materi khutbah Idul Adha ini saya sampaikan, mudah-mudahan terkandung pelajaran, hikmah dan manfaat di dalamnya. Amiin.

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ، كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْر.
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ َوَبَرَكَاتُهُ.

Tujuh peringatan Bagi orang yang bakhil

قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْق رَضِيَ اللهُ عَنْهُ  اَلْبَخِيْلُ لاَ يَخْلُوْ مِنْ إِحْدَى السَّـبْعِ :
Berkata Abu Bakr Ash-Shiddiq semoga Allah meridhoinya : “Orang yang bakhil atau kikir tidak akan terhindar dari salah satu tujuh perkara berikut yaitu:
1-     إِمَّا أَنْ يَمُوْتَ فَيَرِثُهُ مَنْ يَبْذُلُ مَالَهُ وَيُنْفِقُهُ لِغَيْرِ مَا أَمَرَ اللهُ تَعَالىٰ.
(Kalau Dia mati, hartanya akan diwarisi oleh orang yang akan menghabiskan dan membelanja-kannya untuk sesuatu yang tidak perintahkan Allah) 
2-     أَوْ يُسَلِّطَ اللهُ عَلَيْهِ سُلْطَانًا جَائِرًا فَيَأْخُذُهُ بَعْدَ تَذِليِل نَفْسِهِ.
(Allah akan membangkitkan peng-uasa dzalim / jahat yang akan merengut seluruh hartanya setelah menyiksanya terlebih dahulu)
3-     أَوْ يُهَـيِّجَ شَهْوَةً تُفْسِدُ عَلَيْهِ مَالَهُ.
(Allah membangkitkan nafsu syah-watnya untuk menguras hartanya bendanya)
4-     أَوْ يَبْدُ لَهُ رَأْيٌ فِيْ بِنَاءٍ أَوْ عِمَارَةٍ فِيْ أَرْضٍ خَرَابٍ فَيَذْهَبُ فِيْهِ مَالُهُ.
(Muncul ide pada dirinya untuk mendirikan bangunan di tempat yang rawan bencana, sehingga pada akhirnya bangunan berikut semua harta yang disimpan di dalamnya ludes)
5-     أَوْ يُصِيْبَ لَهُ نَكْبَةٌ مِنْ نَكَباَتِ الدُّنْياَ مِنْ غَرَقٍ أَوْ حَرَقٍ أَوْ سَرِقَةٍ وَماَ أَشْبَهَ ذٰلِكَ.
(Dia ditimpa musibah yang dapat menghabiskan hartanya seperti tenggelam, terbakar, mengalami pencurian dan sebagainya)
6-     أَوْ يُصِيْبَهُ عِلَّةٌ دَائِمَةٌ فَيُنـْفِقُ مَالَهُ فِيْ مُدَاوَتِهَا.
(Dia tertimpa penyakit kronis sehingga hartanya habis untuk berobat)
7-     أَوْ يَدْفَنَهُ فِيْ مَوْضِعٍ مِنَ الْمَوَاضِعِ فَيَنْسَاهُ فَلاَ يَجِدُهُ.
(Dia menyimpan hartanya dalam suatu tempat, kemudian lupa lokasinya dan tidak dapat mencarinya kembali)
Demikian tujuh peringatan kepada orang yang bakhil, yang seluruhnya dapat dibuktikan kenyataannya. Semoga Allah melindungi kita dari sikap bakhil dan kikir.

نصائح العباد، باب السباعي، المقالة الثانية